Teori Mimesis dan Teori Significant Form

MENGANALISIS 3 KARYA MENGGUNAKAN TEORI MIMESIS DAN TEORI SIGNIFICANT FORM

 1. Potrait Seorang Perempuan dengan Gitar

Karya Risa Rahmawati

    Pada lukisan ini sang seniman ingin menunjukan suatu gambaran bagaimana perasaan seseorang (pelukis) ketika tengah memainkan gitar. Dan semua perasaan tersebut telah tertuang dalam lukisan itu dengan perwakilan-perwakilan tertentu pada objek-objek atau komponen-komponen lukisan. Media yang digunakan dalam lukisan di atas tergolong dalam mix media, dimana lebih dari satu media digunakan dalam pembuatan lukisan ini. Diantara media yang digunakan ialah cat minyak, cat poster dan serbuk yang menyerupai perak. Dikatakan bahwa penggunaan mix media tersebut bertujuan agar dapat menimbulkan kesan meriah, berwarna dan tidak monoton. 
    Dalam lukisan ini terdapat Teori Mimesis menurut Plato, yang dapat dilihat bahwa lukisan ini meniru figure manusia yaitu seorang wanita yang sedang bermain gitar. Juga terdapat Teori Significant Form, dimana lukisan ini memiliki perasaan yang penuh warna, meliuk-liuk dengan tenang dan gemerlap bagaikan bintang. Dan semua perasaan tersebut telah tertuang dalam lukisan itu dengan perwakilan-perwakilan tertentu pada objek-objek atau komponen-komponen lukisan.
2. Harmonis
Karya Ahmad Savic

    Karya seni lukis milik Ahmad Savic ini merupakan lukisan yang menggambarkan bentuk sebuah pohon. Tak terdapat pohon lain disekitarnya sebagai background ataupun subjek figuran. Hanya sebuah tiang listrik yang menemani dan tampak berdekatan, namun subjek yang lebih ditekankan adalah pohon tersebut. Pohon menyimbolkan sebuah kehidupan yang utuh dan pasti, kepastian ini tergambar dari karakter pohon yang pada umumnya memiliki batang yang kuat. Sesuatu yang berhubungan dengan alam artinya hidup dan pohon merupakan salah satu bagian dari alam. Sedangkan tiang listrik adalah penyangga dari listrik sendiri seolah-olah menjadi simbol dari sesuatu yang lain, lain dari sesuatu yang hidup. Listrik merupakan sesuatu yang tidak hidup dan dapat mematikan. Apalagi listrik itu dapat mematikan sebuah pohon pada kejadian tertentu.
    Dalam lukisan ini terdapat Teori Mimesis menurut Plato, yang dapat dilihat bahwa lukisan ini meniru benda yang ada didunia yaitu pohon dan tiang listrik. Juga terdapat Teori Significant Form, dimana lukisan ini memiliki garis-garis dari pembentukan ranting pohon seolah menjadi ciri khas tersendiri dalam karya ini, sebab menjadi perpaduan pula pada garis-garis yang terbentuk dari kabel listrik di sebelahnya. Hal ini menjadikan komposisi yang menarik. Begitu pula perulangan daun-daun abstrak seolah menjadi taburan yang membuat karya ini lebih indah.  Warna yang digunakan bukan merupakan warna asli dari sebuah pohon, Savic menggunakan warna-warna campuran seperti warna orange, kuning dan biru. Hal ini membuat lukisan yang dibuatnya menjadi estetis dan menarik. Warna pohon yang pada umumnya hijau dan coklat menjadi lebih bervariasi. Meski jika Savic menggunakan warna-warna ini sebagai background nuansa, warna-warna inipun masih menjadi unsur estetik dalam karyanya. Lukisan ini menyatakan sebuah pohon tidak perlu menunjukkan keseluruhan bentuk pohon tersebut, bentuk visualisasi hanya menjadi subjek dari inti lukisan. Makna yang terkandung dalam lukisan ini lebih ditekankan daripada perwujudan. Sedangkan perwujudan estetis yang ekspresif disini lebih ditekankan daripada bentuk utuh. Lukisan ini memperlihatkan ekspresi yang tinggi dalam pembentukannya. Keestetisan menjadi tampilan unggulan yang paling menonjol dan itulah yang merupakan sisi indah dari sebuah keharmonisan. Keseluruhan lukisan ini mencerminkan sebuah keharmonisan yang tak terduga.

3. Impian Sarang
Karya Mulyo Gunarso

Dalam lukisan yang berjudul "Impian Sarang" ini, sang seniman mencoba menampilkan keadaan negeri yang telah banyak kerusakan. Kerusakan tersebut digambarkan pada background yaitu pohon-pohon yang kering tak berdaun dan mati yang seperti terlihat habis dibakar. Selain itu, seniman juga menampilkan gambar asap atau awan yang menggambarkan polusi udara yang dihasilkan dari pabrik, gas buang kendaraan bermotor, dan juga pembakaran hutan yang sering terjadi di negeri kita. 
Kemudian pada lukisan ini juga terdapat sebuah sarang burung dengan keadaan alam yang indah di dalamnya. Sarang burung ini diibaratkan oleh seniman sebagai bumi atau negeri kita, yaitu sebagai tempat tinggal, tempat berlindung dan tempat beraktivitas sehari-hari. Keadaan seperti itulah yang sebenarnya diimpikan oleh seniman pada negeri kita. Lewat karya lukisannya ini, Gunarso seolah ingin memberi penyadaran kepada kita, untuk mulai menyelamatkan dan melestarikan alam negeri kita. 
    Dalam lukisan ini terdapat Teori Mimesis menurut Aristoteles dimana lukisan ini merepresentasikan visual dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai dengan konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek bersamaan dengan imajinasi sang seniman. Teori ini dapat dilihat dari gambar sebuah sarang burung dengan keadaan alam yang indah di dalamnya. Alam yang digambarkan berupa gunung dan persawahan yang keadaannya masih alami dan indah. Subjek pendukung pada lukisan berupa pohon kering atau mati yang terlihat seperti habis dibakar dan awan pada background yang digarap secara transparan. Juga terdapat Teori Significant Form yaitu realistik dengan gaya surealisme. Mulyo Gunarso mencoba menyampaikan kegelisahanya dalam bentuk karya dua dimensi yang menyiratkan segala kegelisahan melalui torehan kuas di kanvas dengan pilihan warna-warna yang menjadi karakter dalam karya lukisnya. Latar belakang serta konflik yang disampaikan kepada audien, bagaimana dia mampu menarik dan memancing audien untuk berinteraksi secara langsung dan mencoba mengajak berfikir tentang apa yang dirasakan olehnya tentang issu yang terjadi di dalam negerinya, kegelisahan tentang kerusakan yang semakin parah. Lukisan ini mengandung emosional dan personality Gunarso untuk menyampaikan gagasan

Tabel Perbedaan

Kesimpulan
    Teori mimesis adalah teori yang menganggap semua karya seni sebagai tiruan alam atau kehidupan. Plato, seorang pelopor filosof di dunia ini, menganggap bahwa segala yang ada di dunia ini sebenarnya hanya merupakan tiruan dari kenyataan tertinggi yang berada di dunia gagasan. Dalam dunia gagasan, ada gagasan mengenai manusia. Di dalam dunia gagasan, semua manusia yang ada di dunia ini (manusia nyata) adalah tiruan dari manusia yang ada di dunia gagasan tersebut. Demikian pula benda-benda yang ada di dunia: bunga, pohon, meja, kursi, dan lain sebagainya dianggap sebagai tiruan dari dunia gagasan mengenai hal-hal tersebut. Oleh karena itu, ketika seorang penyair atau pelukis menggambarkan mengenai pohon atau bunga dalam karyanya, dia hanyalah menggambarkan tiruan dari sebuah tiruan. Puisi atau sajak yang dihasilkan oleh seorang penyair juga tidak lain hanyalah tiruan dari barang tiruan. Aristoteles juga mengambil teori mimesis Plato yakni seni menggambarkan kenyataan, tetapi dia berpendapat bahwa mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan melainkan juga menciptakan sesuatu yang baru karena 'kenyataan' itu tergantung pula pada sikap kreatif orang dalam memandang kenyataan. Teori significant form adalah teori yang dikemukakan oleh Clive Bell pada tahun 1914. Teori ini menyatakan bahwa keindahan suatu karya seni terletak pada bentuknya sendiri (significant form) dan bukan pada objek yang digambarkan. Bell berpendapat bahwa bentuk-bentuk tertentu dapat membangkitkan perasaan estetik pada penontonnya. Bentuk-bentuk tersebut antara lain: garis, warna, dan bentuk geometris. Dalam kesimpulannya, teori mimesis versi Plato dan Aristoteles serta teori significant form memiliki pandangan yang berbeda tentang seni. Plato berpendapat bahwa segala sesuatu dalam dunia ini hanyalah tiruan dari kenyataan tertinggi yang berada di dunia gagasan. Sementara Aristoteles berpendapat bahwa mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan melainkan juga menciptakan sesuatu yang baru karena 'kenyataan' itu tergantung pula pada sikap kreatif orang dalam memandang kenyataan. Bell dengan teori significant form-nya menyatakan bahwa keindahan suatu karya seni terletak pada bentuknya sendiri (significant form) dan bukan pada objek yang digambarkan.

Komentar

Postingan Populer